Rekayasa sistem adalah kumpulan konsep, pendekatan dan metodologi, serta alat-alat bantu (tools) untuk merancang dan menginstalasi sebuah kompleks sistem. Kompleksitas sistem bisa diakibatkan karena 2 hal yaitu kompleksitas dinamis dan kompleksitas detail. Kompleksitas detail ketika komponen atau sub-sistem yang dirancang tidak hanya banyak tetapi ditambah pula dengan multi-sourcing (multi suplier), multi standard, multi criteria dan lainnya. Rekayasa sistem dewasa ini, terutama di Amerika, lekat dengan dunia militer, karena produk-produk militer memang memiliki kriteria akan kompleksitas detail seperti ini, misalnya pesawat tempur, kapal induk, sistem pertahanan rudal patrior dsb, dimana timbul kombinasi yang kompleks antara sub-sistem mekanis, sub-sistem elektronik dan sub-sistem manusia. Sistem seringkali hierarkis, dimana bahwa mereka mencakup sistem – sistem lain. Sebagai contoh, sistem perintah dan kendali polisi mungkin melibatkan sistem informasi geografis untuk memberikan detail lokasi suatu peristiwa. Sistem – sistem lain inilah yang disebut sebagai subsistem. Karakteristik subsistem adalah kemampuannya untuk berinteraksi secara independen. Dengan demikian, beberapa sistem informasi geografis dapat dipakai pada

sistem lain. Namun demikian, perilakunya pada sistem tertentu bergantung pada subsistem lain. Adanya hubungan yang kompleks dalam sistem inilah yang membuat rekayasa perangkat lunak merupakan bagian dari rekayasa sistem berbasis komputer mengingat pentingnya perangkat lunak pada sebuah sistem [Som01]. Pressman menyebut sistem yang didalamnya terdapat perangkat lunak sebagai sistem berbasis komputer. Pada sistem berbasis komputer terdapat komponen – komponen sebagai berikut : 1. Perangkat Keras (Hardware) 2. Orang (People) 3. Perangkat Lunak (Software) 4. Basis Data (Database) 5. Prosedur (Procedure) 6. Dokumentasi
REKAYASA SISTEM Pada dasarnya, dari keenam komponen pembentuk sistem berbasis komputer, empat komponen terakhir diatas merupakan hasil aktivitas rekayasa perangkat lunak. Perangkat lunak sendiri terdiri dari artifak – artifak hasil rekayasa perangkat lunak yang merupakan hasil dari aktivitas proses rekayasa (pengembangan) sistem berbasis komputer [Pre05] PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI Perencanaan Strategis Sistem Informasi diperlukan agar sebuah organisasi dapat mengenali target terbaik untuk melakukan pembelian dan penerapan sistem informasi manajemen dan menolong untuk memaksimalkan hasil dari investasi pada bidang teknologi informasi. Sebuah sistem informasi yang dibuat berdasarkan Perancangan Startegis Sistem Informasi yang baik, akan membantu sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnisnya dan merealisasikan pencapian bisnisnya. Dalam dunia bisnis saat ini, penerapan dari teknologi informasi untuk menentukan strategi perusahaan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan performa bisnis. Kondisi Perencanaan Strategis Sistem Informasi di Indonesia masih sangat kurang berkembang. Banyak perusahaan di Indonesia yang mengembangkan sistem informasi tanpa melakukan Perencanaan Strategis Sistem Informasi. Para perusahaan tersebut mengembangkan Sistem Informasi hanya dengan bantuan staff IT internal, maupun vendor (eksternal) secara langsung. Akibat dari hal tersebut adalah terbentuknya sistem informasi yang bersifat “tambal sulam”. Ketika ada suatu kebutuhan baru, maka akan dibuat solusi untuk kebutuhan baru tersebut. Peranan Perancangan Strategis Sistem Informasi dapat ditingkatkan dengan cara memberikan kesadaran kepada perusahaan/organisasi akan pentingnya sebuah Master Plan SI sebelum melakukan pengembangan sistem informasi. Master Plan SI merupakan hasil dari Perencanaan Strategis Sistem Informasi. Master Plan SI adalah suatu perencanaan jangka panjang dalam pengembangan SI dan berisi keinginan dari manajemen, pengguna maupun perubahan-perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Terkadang, keterbatasan pengetahuan pihak manajemen terhadap SI menjadi salah satu factor sebuah perusahaan melakukan pengembangan SI tanpa membuat Master Plan SI. Untuk itu, peningkatan dan pembekalan terhadap pihak manajemen tentang SI sangat diperlukan sebelum melakukan pengembangan SI. Hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah penggunaan pendekatan bottom-up menjadi pendekatan top-down. Dengan penggunaan pendekatan top-down, setiap pemimpin mempunyai tanggung jawab terhadap strategi yang akan dilaksanakan. Alternatif lain yang dapat diterapkan bila Perencanaan Strategis Sistem Informasi tidak dapat diterapkan atau tidak layak adalah dengan mengkaji ulang kunci strategi dan memilih metode lain yang akan digunakan dalam Perencanaan Strategis Sistem Informasi. Beberapa kunci (set) strategi yang dapat dipertimbangkan adalah: Peran SI/ TI meningkat sejalan dengan peningkatan ekonomi dan kapabilitas. Peningkatan persaingan bisnis memberikan motivasi untuk menginvestasi cara yang lebih efisien dan efektif menjalankan proses bisnis dan mengelola bisnis. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, apabila akan dilakukan perubahan secara komprehensif dalam hal manajerial perusahaan maka harus melakukan tahapan-tahapan evaluasi yang meliputi proses perencanaan, analisis internal dan eksternal, menganalisis kebutuhan bisnis dan menentukan strategi bisnis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Melalui beberapa tahapan ini, akan dihasilkan suatu Perencanaan Strategis Sistem Informasi yang berguna untuk mendukung proses bisnis, mengatasi kendala yang ada, memanfaatkan peluang dan menghadapi pendatang baru dalam bisnis bagi suatu organisasi dan perusahaan. Saat ini Sistem Informasi di Indonesia tengah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya peran Teknologi Informasi dalam mendukung kegiatan-kegiatan baik perekonomian maupun strategi dalam penyelenggaraan pembangunan yang lainnya. Dengan adanya Sistem Informasi tersebut, maka akan mendukung kinerja dengan meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas bagi suatu organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini, Sistem Informasi digunakan untuk menunjang perencanaan pembangunan daerah mengingat adanya perubahan paradigma menuju desentralisasi di berbagai aspek pembangunan. Bahkan sekarang muncul istilah e-Government yang merupakan bentuk pemanfaatan teknologi Informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara Pemerintah dan pihak-pihak lain, baik masyarakat, kalangan bisnis maupun sesama pemerintah. Mengubah sistem kerja internal institusi pemerintah tidak semudah perusahaan swasta yang lebih luwes dalam mengadopsi teknologi dan melakukan penyesuaian. Banyak kendala yang dihadapi khususnya ketersediaan sumber daya manusia yang menguasai teknologi informasi. Saat ini yang paling populer telah diterapkan dalam impelementasi e-government yaitu layanan website atau situs internet yang dikelola secara sektoral oleh dinas-dinas tertentu. Agar penerapan PSSI di Indonesia ini dapat dinilai layak untuk diterapkan, maka kunci suksesnya tergantung atas kepemimpinan atau e-leadership, kesiapan infrastruktur, kesinambungan informasi, kualitas sumber daya manusia serta dukungan dari masyarakat. Rekayasa produk disebut juga dengan rekayasa sietem yang merupakan aktivitas pemecahan masalah. Data, fungsi, dan perilaku produk yang diinginkan dicari, dianalisis, dibuat model kebutuhannya, kemudian dialokasikan ke komponen rekayasa. Selanjutnya komponen-komponen ini disatukan dengan infrastruktur pendukungnya sampai produk tersebut jadi. Analisa Sistem Tujuan dilakukan analisa sistem adalah - Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. - Melakukan analisis teknis dan ekonomis, - Mengalokasikan fungsi-fungsi untuk perangkat lunak, perangkat keras, - basisdata, manusia, dan elemen sistem yang lain. - Membuat batasan biaya dan jadwal. - Menentukan definisi sistem yang menjadi dasar kerja bagi komponen sistem baik perangkat lunak, perangkat keras, basisdata dan manusia. - Identifikasi Kebutuhan Langkah pertama dari aktivitas analisa sistem adalah analisa kebutuhan dengan mengidentifikasi kebutuhan dari pelanggan. Mengidentifikasikan kebutuhan ini dilakukan dengan melakukan pertemuan antara seorang analis dengan pelanggan. Seperti halnya rekayasa informasi, tujuan dari pertemuan ini untuk memahami sasaran produk dan menentukan tujuan dibangunnya sebuah produk supaya sasaran tersebut tercapai. Setelah tujuan ditentukan, analis akan melanjutkan aktivitas evaluasi informasi. Berikut ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi informasi dari sistem atau produk yang akan dibangun. - Adakah teknologi untuk membangun sistem? - Batasan apa saja yang akan dialokasikan terhadap jadwal dan biaya? - Pengembangan dan sumber daya apa saja yang dibutuhkan? Jika sistem atau produk yang akan dibangun berupa produk yang akan dijual ke pelanggan, ada beberpa pertanyaan yang bisa diajukan yaitu - Bagaimana produk tersebut dapat bersaing dengan produk yang telah ada? - Pasar apa saja yang potensial bagi produk yang akan dibangun? Setelah semua informasi dikumpulkan pada aktivitas identifikasi kebutuhan.Informasi tersebut akan dispesifikasikan dalam sebuah dokumen konsep Studi Kelayakan Pengembangan sistem atau produk berbasis komputer lebih banyak terganggu dengan kurangnya sumber daya dan waktu penyelesaian dan penyampaian produk. Oleh karena itu, perlu dilakukan lebih awal evaluasi terhadap kelayakan sebuah proyek pengembangan sistem atau produk tersebut. Berikut ada empat studi kelayakan yang dapat dievaluasi. 1. Kelayakan Ekonomis Studi mengenai evaluasi biaya pengembangan dengan keuntungan yang diperoleh dari sistem atau produk yang dikembangkan. 2. KelayakanTeknis Studi mengenai fungsi, sasaran dan kinerja yang perlu dipertimbangkanyang dapat mempengaruhi kemampuan sistem yang akan dikembangkan. Pertimbangan yang dihubungkan dengan kelayakan teknis meiputi - Resiko pengembangan - Keberadaaan sumber daya - Teknologi 3. Kelayakan Legal Studi mengenai pertimbangan yang perlu dilakukan mengenai kontrak, pelanggaran atau liabilitas yang akan dihasilkan dari sistem yang akan dikembangkan. 4. Alternatif Studi mengenai evaluasi pendekatan alternatif pada pengembangan system atau produk. Hasil dari studi kelayakan akan menentukan proyek dilanjutkan atau dihentikan. Hasil studi kelayakan akan didokumentasikan terpisah dan dilampirkan pada dokumen spesifikasi sistem. Analisis Teknis Pada aktivitas analisis teknis, seorang analis melakukan evaluasi secara teknisterhadap sistem serta mengumpulkan informasi mengenai reliabilitas, kinerja, pemeliharaan dan produktifitas dari sistem yang akan dikembangkan. Analisis meliputi penilaian viabilitas teknis dari sistem seperti teknologi apa yang akan dibutuhkan untuk membangun sistem, materi, metode, algoritma atau proses baru apa yang diperlukan oleh sisem, bagaimana masalah teknologi mempengaruhi sistem dan bagaimana resiko pengembangan sistem. Pemodelan matematis atau teknik optimasi pada saat analisis teknis dapat digunakan untuk mempermudah analis dalam menggambarkan sistem yang akan dikembangkan. Menurut Blanchard dan Fabrycky ada beberapa criteria penggunaan model selama analisis teknis pada sistem, yaitu: - Model harus mewakili sistem yang sedang dievalusi dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. - Model harus menggambarkan faktor-faktor yang relevan dengan masalah yang ada dan hindari faktor yang tidak penting. - Model harus dibuat komprehensif dengan memasukkan semua factor yang relevan dan sistem harus mampu memberikan hasil yang sama. - Desain model harus sederhana supaya memungkinkan pengimplementasian yang tepat waktu dalam pemecahan masalah. - Desain model harus dapat mengantisipasi faktor-faktor yang memungkinkan adanya modifikasi dan atau perluasan terjadi pada sistem.